JEJAK SANG PATRIOT DARI DESA DENCARIK
16 September 2021 12:28:31 WITA
Foto: Bapak I Wayan Mas Klan (alm) salah satu pejuang Kemerdekaan RI asal Desa Dencarik
Setiap peristiwa besar akan melahirkan pemimpin hebat di dalamnya. Ibu pertiwi memang telah memeluk erat dipangkuannya. Tetapi semangat patriotisme yang tidak pernah padam pasti selamanya menyatu pada diri pemuda yang mengingatnya. Negeri yang diperjuangkan dengan keringat, air mata dan darah sekalipun telah sampai pada saatnya Sang Dwi Warna berkibar ditiang tertinggi Bumi Persadha Indonesia. Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, INDONESIA MERDEKA! Tetapi para perampas bermata biru datang kembali ke negeri ini dengan maksud menjajah. Tanah ini harus dipertahankan dan terjadilah Perang Revolusi Fisik pada tahun 1945-1949. Dari peristiwa itu, muncullah seorang patriot sejati yang berasal dari Desa Dencarik, I WAYAN MAS KLAN. Sebagai wujud penghormatan tertinggi kepada para pahlawan dan bentuk pengabdian pendidikan sejarah kepada generasi penerus, izinkanlah saya menulis goresan sejarah ini.
I Wayan Mas Klan, lahir di Dencarik pada 14 September 1926. Seorang patriot yang lahir dari pasangan I Ketut Pasek Bontoan dan Ni Nengah Darning. Menariknya, ayah dari I Wayan Mas Klan yaitu I Ketut Pasek Bontoan yang lahir pada tahun 1894 adalah seorang pejuang yang pada akhirnya gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa saat bertempur melawan NICA pada tanggal 10 Maret 1948 di Pegunungn Corot, Dencarik bersama pemuda-pemuda pejuang lainnya dari Dencarik.
Cerita heroik tentang I Wayan Mas Klan berawal pada Bulan September 1945, rombongan pemuda pejuang yang dipimpin oleh Bapak Dewa Made Suwija. Tujuannya adalah untuk mengetahui medan dan situasi geografi Desa Selat serta menyampaikan pesan Bapak Ketut Nara kepada Guru SD Selat yang bernama I Wayan Mas Klan agar ia meluangkan waktu untuk datang ke Banjar Tegal karena Bapak Ketut Nara adalah guru I Wayan Mas Klan pada jaman Jepang. Pada saat itu juga Bapak Dewa Made Suwija menyampaikan ajakan kepada I Wayan Mas Klan agar ikut terjun berjuang secara fisik mengusir Jepang dan Belanda dari Bumi Indonesia. Ajakan itupun diterima dengan sangat senang oleh I Wayan Mas Klan dan mendapat restu dari orang tua. Dua hari kemudian I Wayan Mas Klan berkunjung ke rumah Bapak Ketut Nara dan beliau pun juga meminta kepada muridnya itu untuk ikut berjuang. Bapak Ketut Nara Berkata: “Saudara-saudara kita di Jawa telah bertempur mati-matian melawan Jepang, maka Bali pun agar berbuat yang sama”.
Pada catatan sejarah, I Wayan Mas Klan adalah seorang penghubung, yang menghubungkan Markas Besar Buleleng di Gintungan, Desa Selat dengan Markas Barat di Yeh Selem, Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt. Adapun beberapa peristiwa pertempuran yang pernah beliau alami adalah sebagai berikut:
- PERTEMPURAN DI PEGUNUNGAN KAYOAN SANGIANG, TIGAWASA
Pada tanggal 8 Mei 1946, I Wayan Mas Klan, I Made Mas berangkat ke Tigawasa pada pukul 07.00 Wita (pagi) untuk melaporkan kepada Kapten Dewa Made Suwija bahwa beras 200 kg telah siap. Sebelum menjumpai Kapten Dewa Made Suwija, terlebih dahulu I Wayan Mas Klan dkk menuju pos terdepan di kubu (gubuk) Pan Riris di Pegunungan Kayoan, Sangiang, Tigawasa. Setelah beristirahat sejenak di kubu (gubuk) Pan Riris, terdengar tembakan yang nadanya seperti mengajak untuk menyerang dan tembakan-tembakan tersebut mulai menghebat dan menyerang kedudukan I Wayan Mas Klan dan pasukan. Bersama pasukan, I Wayan Mas Klan mulai mencari tempat perlindungan untuk menghindari.
Tembakan berikutnya nampaknya mengejar kedudukan I Wayan Mas Klan dan tembakannya itu terasa sangat dekat namun bisa menghindar dengan menjongkok dan lanjut NICA mengejar dengan tembakan gencar dan bergerak memburunya. I Wayan Mas Klan kemudian mundur dan terjun ke pangkung yang tingginya lebih kurang tiga meter yang penuh air. Dengan air itu I Wayan Mas Klan dapat menyelamatkan diri dan kemudian karena derasnya air I Wayan Mas Klan jatuh di bagian pangkung yang lebih dalam penuh bebatuan. Namun syukur atas perlindungan Ida Hyang Widhi Wasa tidak terjadi cidera. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 11.00 WITA dan pada pukul 13.00 WITA I Wayan Mas Klan tiba di Pegunungan Corot wilyah Dencarik persis di pinggir jalan umum di bawah pohon beringin yang rindang. Di tempat itu I Wayan Mas Klan istirahat karena kelelahan dan kemudian tertidur. Tidak diduga-duga dihadapan I Wayan Mas Klan ketiduran itu terdengar sayup-sayup tangis histeris yang memilukan dan I Wayan Mas Klan segera terjaga lalu melintas dua sosok wanita menangis tersedu-sedu sambil mereka berkata: “Kenapa leher Wayan berdarah keluar membasahi tubuh?” merasa leher dan badan dibasahi darah lalu segera merabanya dan ternyata luka itu disebabkan karena gesekan tunggak-tunggak bambu buluh yang tajam. Segera saat itu menjumpai paman I Ketut Mana yang saat itu pula beliau kebetulan berada di Pegunungan Corot mohon kepada beliau agar mengobati lukanya. Dalam jangka waktu tujuh hari luka I Wayan mas Klan yang dideritanya itu bisa sembuh. Kemudian, terdengar berita bahwa I Made Mas yang ikut dalam perjalanan ke Tigawasa tersebut telah gugur saat pertempuran itu dan jenazahnya telah dikuburkan di setra adat Tigawasa.
- PERTEMPURAN DI KARANGRUPIT (TEMUKUS).
Pada tanggal 26 Juni 1947 I Wayan Mas Klan bersama I Dewa Made Mantera dan tiga orang anggota pasukan yang terdiri dari: Kasani, Wayan Tjakera, Sia dipanggil dan dikumpulkan di Ingsakan untuk menerima perintah dari Kapten Dewa Made Suwija yang isinya agar berlima hari ini mengadakan serangan dadakan kepada NICA di kawasan Karangrupit dengan bersenjatakan tiga buah senjata laras panjang, tiga buah geranat gurka dan satu pistol. Perintah ini dilaksanakan pada pukul 21.00 WITA (pukul 9 malam) tanggal 26 Juni 1947 berangkat dari Ingsakan dan tiba di kuburan Belanda kira-kira pukul 10 malam dan lanjut mencari posisi yang tepat, persis di SDN.4 Temukus sekarang, sudah menginjak pukul 11 malam.
Truk gurka Tentara Belanda meraung datang dari timur dengan kecepatan rendah (pelan-pelan) dan sopir bersama seorang tentara di depan dan tiga tentara di gerobak truk. Mereka tidak menduga di tempat yang lapang itu ada serangan mendadak. Kasani, Tjakera dan Sia menerima perintah tembak sopir dan tentara di depan, lemparkan granat ke bak truk. Tentara di bak truk lari tunggang langgang ke arah timur dan truk seketika berhenti. Tentara NICA itu yang lari melepaskan tembakan ngaur dan tiga tentara Kapten Dewa Made Suwija segera meninggalkan medan, mundur menuju Desa Temukus dan lanjut ke Pegunungan Corot. Pasukan Kapten Dewa Made Suwija tidak ada yang cidera dan semua selamat.
Pada tanggal 27 Juni 1947 pemuda kita memperoleh informasi dari Ranting DPRI Temukus bahwa di jalan raya Seririt-Singaraja di kawasan Karangrupit di tempat pertempuran tersebut dijumpai ceceran darah segar yang cukup banyak yang diperkirakan berasal dari korban pertempuran tanggal 26 Juni 1947.
Setelah peristiwa Karangrupit tersebut, Tentara Belanda memperkuat posnya di Temukus baik jumlah personil maupun persenjataannya. Kemudian Tentara NICA di Temukus tersebut menangkap I Nyoman Gede asal Br. Tengah, Temukus membawa ke Seririt serta ia disiksa secara keji tanpa menghormati norma-norma kemanusiaan, memasukan I Nyoman Gede ke dalam drum yang kotor sehingga ia lemas dan kemudian ia meningggal dunia.
III. PERTEMPURAN DI COROT, DESA DENCARIK
Pada tanggal 10 Maret 1948, terjadi pertempuran di Pegunungan Corot Dencarik, bertempat di gubuk milik Komang Kasek yang dijadikan markas perjuangan pada pukul 23.00 WITA. Jalannya pertempuran adalah sebagai berikut : Pada pukul 20.00 WITA, 10 Maret 1948 Tentara NICA (Belanda) yang diantar oleh Ketut Gede dari Tampekan (Mantan Ketua Ranting DPRI Tampekan) yang menyerah kepada NICA bergerak dari jembatan Tampekan terletak di jalan Seririt-Singaraja menuju ke tempat pondok para pejuang di gubuknya Komang Kasek di Pegunungan Corot. Sesampainya NICA yang diantar oleh Ketut Gede tersebut tiba di gubuknya Pan Rembun (sebelah utara gubuknya Komang Kasek) maka NICA memaksa Pan Rembun untuk mengantarnya ke gubuknya Komang Kasek yang menjadi tempat I Wayan Mas Klan dan Tentara NICA itu mengaku pemuda pejuang dari Tabanan ingin bertemu dengan Bapak I Wayan Mas Klan.
Setelah sampai di gubuk Komang Kasek yang menjadi tempat para pejuang yang di bawah pimpinan I Wayan Mas Klan, maka kemudian Pan Rembun Memanggil Komang Kasek : "Komang Kasek, Komang Kasek, ini ada Bapak-Bapak pejuang yang datang dari Tabanan ingin bertemu dengan Bapak I Wayan Mas Klan. Menyaut Komang Kasek "Silahkan masuk".
Tentara NICA masuk diantar oleh Pan Rembun. Setibanya Tentara NICA tiba di gubuknya Komang Kasek, lalu NICA bertanya : "Bapak I Wayan Mas Klan ada dimana?" Komang Kasek menjawab "itu Pak Aji Mudin". Tentara NICA lalu bersuara dengan keras dan geram : "Keluar Aji Mudin, kamu perusuh dan pengacau seraya memukul Aji Mudin dengan tangkai senapan. Aji Mudin angkat tangan dan menyerah. "Itu siapa?" tanya NICA kepada Komang Kasek. "Itu ayah dan paman Bapak I Wayan Mas Klan" jawab Komang Kasek. NICA lalu memborgol tangan Ketut Pasek Bontoan dan tangan Ketut Mana. Jam saat itu telah menunjukaan pukul 21.30 WITA. Pertemuan antara tokoh pejuang Desa Tampekan dengan I Wayan Mas klan-Sada telah berakhir dan I Wayan Sada bersama pengantar Subali lalu meluncur keluar menuju pondok Komang Kasek dan kemudian disusul oleh I Wayan Mas Klan. Setibanya I Wayan Mas Klan disuatu gubuk di sebelah timur Desa Tampekan dan gubuk tersebut dalam keadaan kosong dengan tidak diduga-duga lalu nampak jelas seekor ayam putih terbang malam memotong jalan yang akan dilalui oleh I Wayan Mas Klan. Malam itu suasana malam terang bulan tingginya tepat diatas ubun-ubun. Akhirnya timbul keragu-raguan di benak I Wayan Mas Klan untuk melanjutkan perjalanan mengaraha ke timur menuju pondok Komang Kasek tersebut. Ada keinginan dari I Wayan Mas Klan untuk mengalihkan perjalanan belok kanan menuju Pegunungan Lakah Desa Sidetapa, tetapi nampaknya hal itu tidak mendapat tanggapan dari Wayan Sada dan Subali.
Akhirnya perjalanan diteruskan menuju Pondok/gubuk Komang Kasek tempat para pejuang bermarkas. Setibanya malam itu di gubuknya Komang Kasek tersebut maka dijumpai gubuk/pondok itu dalam keadaan gelap yaitu lampunya padam. I Wayan Mas Klan lalu berseru : "Nyalakan lampunya". Namun apa terjadi ialah lampu senter Tentara NICA berteriaklah "Menyerah!". Karena keadaan sudah begitu rupa kritisnya dan tidak ada jalan kecuali kita harus melarikan diri. I Wayan Mas Klan lalu mengajak I Wayan Sada untuk melarikan diri dan I Wayan Sada pun mematuhinya. Segera Tentara NICA memburu dengan tembakan dan I Wayan Sada pun kena dan roboh berlumuran darah. I Wayan Mas Klan segera menyelinap ke semak-semak yang dikelilingi bebatuan dan secepat kilat I Wayan Mas Klan menerobos masuk ke pangkung yang tidak begitu dalam dengan jalan merayap. Tetapi beberapa ekor sapi yang ada di sampingnya ikut rame-rame melarikan diri sehingga perkiraan dari Tentara NICA bahwa yang lari itu bukan I Wayan Mas Klan melainkan hewan sapi.
Pukul 05.00 WITA, tanggal 11 Maret 1948, I Wayan Mas Klan tiba di Ingsakan, Pedawa. Pukul 10.00 WITA Tentara NICA mengerahkan penduduk untuk mencari jenasah I Wayan Mas Klan yang menurut perkiraannya I Wayan Mas Klan telah kena tembak pada 10 maret 1948 pukul 23.00 WITA di Pegunungan Corot Dencarik. Namun dugaan Tentara NICA itu tidak terbukti kebenarannya.
Pada pukul 15.00 WITA, 11 Maret 1948 telah diterima laporan bahwa yang gugur pada tanggal 10 maret 1948 pukul 23.00 WITA pada pertempuran itu ialah : I Ketut Pasek Bontoan, I Ketut Mana, I Wayan Subali dan Pan Rembun. Sementara I Nengah Nesa meninggal dalam penyiksaan oleh Belanda direndam dalam drum berisi air di Seririt (dulu pos Belanda ex. Gedung Film sebelah Traffic light sekarang).
SEJARAH POHON KELAPA (NYUH GADING)
- pada tanggal 8 Mei 1946 terjadi pertempuran antara pemuda pejuang melawan Tentara NICA di Pegunungan Kayohan Sangiang, Desa Tigawasa dan gugur seorang pejuang bernama I Made Mas dan sebuah pohon kelapa gading tembus peluru NICA ketika hendak menembak I Wayan Mas Klan.
- Pada hari Rabu, tanggal 25 September 1991 pohon kelapa gading tembus peluru itu diangkut dari Banjar Munduk Ngandang Desa Tigawasa sampai di rumah tempat tinggal I Wayan Mas Klandi Banjar Lebah Desa Dencarik atas prakarsa Kepala Dusun Banjar Munduk Ngandang Desa Tigawasa.
- Pada tanggal 31 Oktober 1993 pohon kelapa gading tembus peluru itu pada sasih kapat purnama hari Minggu dipelaspas dengan diikuti wayang kulit dalang Geria asal Dencarik.
TANDA JASA I WAYAN MAS KLAN
- Oleh Pemerintah RIdianugrahi tanda jasa berupa Bintang Gerilya PK I dan PK II.
- Oleh Markas Besar LVRI Jakarta dianugrahi Satya Lencana LVRI
- Oleh Dewan Harian Nasional Angkatan 45 Jakarta dianugrahi Piagam Angkatan 45
DAFTAR PEJUANG YANG BERASAL DARI DESA DENCARIK:
- I Wayan Mas Klan
- I Made Mas
- Komang Kasek
- I Ketut Pasek Bontoan
- I Ketut Mana
- I Nengah Nesa
- Pan Rembun
- Ketut Jimbaran
- Dan lainnya yang masih belum tercatat
Dan sampailah saya kepada akhir dari tulisan ini, adalah sebuah perenungan besar untuk kita sebagai generasi muda, bahwa sejarah bukan sebagai peninggalan sehingga mengalami stagnanisasi makna, oleh karenanya perlu sebuah pandangan baru bahwa sejarah adalah sebuah warisan, sehingga apa yang terjadi di masa lalu perlu kita terima sebagai warisan. Apakah itu? Semangat patriotik dan nasionalismenya! Sebagai generasi penerus, masa depan ada di tangan kita. Maka untuk mengisi kemerdekaan hanya ada dua pilihan yaitu meneruskan sejarah atau menciptakan sejarah baru.
Keterangan Gambar:
Gambar 1: foro I Wayan Mas Klan
Gambar 2: foto Kelapa (nyuh gading) tembus peluru yang “menyelamatkan nyawa I Wayan Mas Klan.
Sumber:
- Buku “RIWAYAT HIDUP I WAYAN MAS KLAN ASAL BANJAR LEBAH DESA DENCARIK KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG-BALI (PERISTIWA 1945-1949)” oleh I Wayan Mas Klan
- Wawancara kepada Bapak Putu Mastika (anak I Wayan Mas Klan)
Penulis : Kadek Teguh Werdi
Editor : Putu Mastika yang merupakan anak dari I Wayan Mas Klan (alm)
Komentar atas JEJAK SANG PATRIOT DARI DESA DENCARIK
Formulir Penulisan Komentar
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |